Logo Baru PSI, Seperti Logo Merek Oli
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali jadi bahan perbincangan. Bukan karena gagasan besar, bukan pula karena gebrakan politik progresif yang mengguncang elite Senayan. Melainkan karena... logo baru mereka.
Jika Anda melintas di jalan-jalan Kota Solo dalam sepekan terakhir, atau sekadar mengetik “logo baru PSI” di Google, kemungkinan besar Anda akan tercengang.
Gambar yang akan Anda temukan adalah siluet gajah hitam berkepala merah, menengadah dengan bangga, disandingkan dengan tulisan “PSI” dan—entah kenapa—tambahan label “Tbk”. Sekilas, Anda mungkin mengira itu adalah logo oli mesin. Dan tidak salah juga.
Perubahan logo partai adalah hal biasa. Tapi ketika logo baru justru lebih mirip produk pelumas daripada simbol perjuangan politik, di situlah publik berhak bertanya: ini partai atau merek bensin?
Mirip Oli, Serius
Gaya visual gajah tegap berwarna hitam dengan kepala merah menciptakan kesan kekuatan, kestabilan, dan ketegasan. Persis seperti pesan yang ingin disampaikan oleh merek-merek pelumas: tahan panas, anti-aus, dan siap tempur dalam kondisi ekstrem.
Warna merah-hitam mungkin tidak dominan di semua merek oli. Tapi ketika dipakai, ia memberikan satu kesan universal: keras, kuat, dan siap dipacu di medan panas.
PSI tampaknya ingin menyampaikan hal yang sama. Bedanya, mereka bukan produsen pelumas—setidaknya belum secara resmi.
Dan anehnya, semakin dilihat, logo PSI ini malah makin mirip AGIP—perusahaan energi asal Italia dengan logo anjing berkepala api yang legendaris. Gaya siluet keras, kontras warna kuat, dan pose maskot yang “berwibawa”—semuanya ada. Bedanya, AGIP memang jujur bahwa mereka menjual pelumas, bukan mimpi sosial.
“Sekilas saya kira itu logo AGIP yang direvisi. Mungkin maskot anjing apinya sudah pensiun, diganti gajah agar lebih nasionalis. Tapi tetap dengan semangat: melumasi kekuasaan agar tidak seret.”
Lupa Mereka Siapa
PSI dulu tampil beda. Hadir dengan simbol bunga mawar, mengusung semangat muda, kesetaraan gender, pluralisme, dan sikap tegas terhadap korupsi. Kini, semua itu seperti dibuang ke tong daur ulang desain.
Penambahan kata “Tbk” di logo—yang katanya satir, katanya jenaka—malah memperkuat kesan bahwa PSI tidak lagi berorientasi rakyat, melainkan pasar. Yang ditawarkan bukan lagi visi dan ideologi, tapi branding dan visual korporat yang “clean”. Persis seperti startup yang lebih sibuk mencetak kaus daripada menjawab persoalan buruh.
Mesin Politik Tahan Panas
Barangkali ini memang arah baru PSI: menjadi semacam oli politik.
Tahan panas, tahan gesekan, dan licin menghadapi perubahan arah kekuasaan.
Dan tentu saja: tidak punya malu, karena dalam dunia pelumas, yang penting bukan integritas, tapi performa. Semakin licin, semakin tahan lama, semakin laris.
Kalau memang ini strategi baru PSI, bolehlah kita ucapkan:
“Selamat datang, Partai Super Industri. Dengan daya lumas maksimal untuk segala medan politik!”
Join the conversation