Selamat Datang di Malas Nulis

Kang Giri, Kami Hanya Ingin Jalan yang Layak

Surat terbuka warga Ponorogo untuk Bupati Sugiri: soal jalan berlubang, tambalan seadanya, dan harapan dari rakyat kecil.

Yth. Bapak Sugiri Sancoko, Bupati Ponorogo tercinta,

Semoga sehat selalu dan tidak pernah tersandung lubang. Soalnya kami, warga Kesugihan yang lewat Jenangan atau Pulung, sudah terlalu sering—tersandung beneran, kadang juga tersandung nasib.

Begini, Pak Sugiri. Kami cuma mau menyampaikan uneg-uneg kecil—ya kecil, seperti lubang di jalan… yang lama-lama jadi besar… terus dalam… terus menganga… lalu menelan harapan dan kadang-kadang juga menelan roda motor.

Kami sadar, jalan kami mungkin belum masuk daftar prioritas pembangunan. Kami juga tahu ada daerah lain yang lebih parah, lebih pelosok, atau lebih viral kerusakannya. Tapi jalan kami ini juga dipakai warga setiap hari—untuk kerja, sekolah, antar anak, antar jemput rezeki.

Dan kami juga paham, Pak.
Mayoritas daerah kami ini memang bukan basis pemilih Bapak. Tapi kami ini tetap rakyat panjenengan.
Jelata, sebagian miskin, sebagian kaya tapi mengaku miskin, dan tidak punya kekuasaan, iya.
Tapi tetap warga Kabupaten Ponorogo yang berhak mendapat infrastruktur yang layak.
Masa iya harus milih dulu baru dapat jalan?

Anu, Pak.
Sebagian warga sebenarnya sudah berinisiatif sendiri menambal lubang-lubang itu dengan semen. Tapi ya namanya juga warga, dan yang nambal bukan ahli di bidangnya—lagipula dananya juga seadanya. Maka tambalannya juga asal jadi, bahkan kadang menambah “jendolan” baru. Hasilnya? Jalan makin terasa seperti jalur rintangan. Polisi tidur muncul di mana-mana, tapi tanpa seragam dan tanpa izin.

Kami pun tahu diri, Pak Sugiri. Pajak kami kecil. Mungkin cuma cukup buat beli semen satu sak. Tapi apa iya karena pajaknya kecil, maka hak kami juga ikut dikecilkan? Kami gak minta jalan tol. Cuma minta jalan yang gak bikin ban motor trauma lewat.

Sekalian, Pak, nitip kabar:
Jalur Pulung ke barat hingga Jeruksing juga nasibnya pilu. Jalannya bergelombang kayak suara penyanyi dangdut di hajatan. Tapi sayangnya bukan buat goyang, malah bikin pengendara jatuh. Kecelakaan? Sudah sering. Tapi perbaikan? Belum kelihatan batang alat beratnya.

Kami bukan minta banyak.
Kalau belum bisa diperbaiki semua, ya ditambal dulu.
Kalau belum bisa ditambal, ya dikasih rambu.
Kalau belum bisa dirambui, ya paling tidak… jangan ditambahi lubangnya lagi.

Kami percaya, lubang di jalan itu bisa ditambal.
Yang sulit itu menambal rasa kecewa rakyat yang merasa tak dianggap.

Hormat kami,
Warga Kesugihan dan sekitarnya
(Yang sebagian bukan pemilih Bapak, kecuali saya yang tidak milih siapapun karena bangun kesiangan, tapi masih berharap Bapak peduli)