-->

FB Pro: Di Antara Klikbait, Kematian, dan Pembusukan Akal Sehat



"Dulu hoaks cuma lewat bisik-bisik. Sekarang sudah punya logo, template, dan fitur share otomatis."

Pembuka: Mereka Bukan Wartawan, Tapi Tekun Mengetik

Mereka bukan jurnalis, bukan pula saksi mata. Tapi ketikannya lincah, judulnya menggugah, dan kontennya sering membuat orang mengucap Innalillahi sambil ngusap layar.

Di negeri ini, lahirlah satu spesies baru bernama pegiat FB Pro. Profesi yang tak pernah tercantum dalam struktur negara, tapi pengaruhnya bisa mengalahkan lembaga survei.

Antara Dunia Nyata dan Dunia FB Pro

Lihat saja kasus Jean-Claude Van Damme. Di dunia nyata, beliau masih menendang sambil promosi film. Tapi di dunia FB Pro, beliau sudah dikafani secara digital dengan backsound sendu dan font warna merah menyala.

Masalahnya bukan pada salah info, tapi pada sengaja menyalahkan info. Karena dalam ekosistem klikbait, kebenaran itu lambat, dan kebohongan itu viral.

Humor Absurd Ala Pegiat Klikbait

Kadang, mereka tak sadar sedang melucu. Judulnya dramatis:

"BREAKING NEWS! Artis Ini Meninggal Dunia di Tengah Syuting!!"

Lalu isinya:
"Yang dimaksud adalah karakter fiksi. Semoga menjadi pelajaran."

Atau:

"Sule Menangis: Van Damme Menangis di Atas Gunung!"

Padahal dua-duanya tidak pernah naik gunung bareng.

Dalam dunia mereka, fakta bisa dinegosiasi, logika bisa dicicil. Bahkan “wafat” bisa berarti “batuk pilek ringan.”

Pelecehan Terhadap Akal Sehat

Gara-gara wabah FB Pro, banyak orang dengan tega menyebar kabar palsu demi view. Tanpa rasa bersalah, tanpa pertanggungjawaban. Kematian jadi materi konten. Kesedihan jadi alat klik. Nurani disulap jadi metrik.

Ini bukan sekadar kesalahan. Ini semacam pelecehan terhadap akal sehat, pembusukan terhadap empati, dan penghinaan terhadap nalar kolektif.

Jika kematian bisa diatur demi algoritma, lalu apa yang masih bisa dipercaya dari hidup?

FBPro Memang...ahh..sudahlah...

Dunia FB Pro adalah panggung di mana informasi dibungkus layaknya kabar langit, padahal sumbernya hanya status grup sebelah. Tapi sebagaimana orang kampung tahu membedakan bau durian dan bau bangkai, kita pun masih bisa tahu: mana informasi, mana ilusi yang dilabeli “viral”.

Jangan mudah percaya. Apalagi kalau kalimat pembukanya pakai:

"Dunia berduka..."

Padahal kadang, yang sedang berduka justru akal sehat kita sendiri.

Baca Juga :-
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART