Buku Paling Berbahaya di Dunia
Di balik jeruji penjara Landsberg, Jerman, seorang pria bernama Adolf Hitler menulis sebuah buku yang kelak akan mengguncang dunia. Buku itu berjudul Mein Kampf, yang berarti “Perjuanganku”. Ia menuliskannya selama sekitar 13 bulan masa hukumannya, mencurahkan pandangan, ambisi, dan ideologi politiknya yang kelam ke dalam kata-kata.
Buku ini pertama kali muncul dalam dua jilid, masing-masing diterbitkan pada tahun 1925 dan 1927. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1930, versi ringkasnya beredar luas. Dalam waktu singkat, Mein Kampf menjadi fenomena yang menjangkau lintas negara dan bahasa. Pada tahun 1939, buku ini telah terjual lebih dari 5 juta eksemplar dan diterjemahkan ke dalam 11 bahasa. Namun, popularitas itu datang bersamaan dengan bayang-bayang gelap ideologi yang dikandungnya.
Setelah Perang Dunia II berakhir, pada tahun 1946, Mein Kampf ditarik dari peredaran. Kekhawatiran besar tumbuh—bahwa buku ini bisa kembali menyebarkan bibit pemikiran Nazisme yang berbahaya. Hak ciptanya dibekukan selama 70 tahun dan diserahkan kepada Negara Bagian Bavaria, sebagai bentuk pengawasan terhadap penyebaran ideologi beracun yang terkandung di dalamnya.
Waktu berlalu, dan pada 1 Januari 2016, pembekuan itu resmi dicabut. Sejarah memberi ruang bagi diskusi yang lebih kritis. Sebuah edisi baru, Mein Kampf: A Critical Edition, diterbitkan ulang dengan beragam catatan, penjelasan, dan interpretasi dari para sejarawan Institut Sejarah Kontemporer Munich. Cetakan ulang ini menarik minat banyak pembaca. Di Jerman saja, buku ini laris hingga lebih dari 80.000 eksemplar. Selama 35 minggu berturut-turut, buku ini bertengger sebagai buku nonfiksi terlaris, menurut majalah Der Spiegel.
Apa sebenarnya isi buku ini? Di dalamnya, Hitler menguraikan empat pilar pemikirannya. Pertama, antisemitisme, yakni keyakinan bahwa bangsa Yahudi adalah parasit yang mengancam kemurnian ras Arya—ras yang ia anggap agung dan unggul. Kedua, anti-komunisme, karena ia melihat komunisme sebagai ancaman terhadap kekuasaannya dan penghalang bagi tegaknya fasisme. Ketiga, ultra-nasionalisme, sebuah semangat kebangsaan ekstrem yang menjadi dasar bagi kebijakan diskriminatif terhadap kelompok minoritas, terutama Yahudi. Dan terakhir, ide Lebensraum, atau “ruang hidup”, yakni obsesi Hitler untuk memperluas wilayah bagi bangsa Arya, agar mereka bisa berkembang pesat dan menguasai lebih banyak ruang di Eropa.
Pemikiran terakhir inilah yang membuat Mein Kampf dianggap sebagai buku paling berbahaya di abad ke-20. Ide-idenya menjadi bahan bakar bagi tragedi Holocaust dan penjajahan brutal di banyak wilayah Eropa. Sebuah buku, lahir dari dinding penjara, yang kemudian menjadi simbol dari ambisi dan kebencian yang membakar dunia.
Silahkan baca bukunya disini: Mein Kampf
Post a Comment