-->

Kemajuan Zaman dan Krisis Kesunyian

 



Di era modern yang serba praktis dengan kemajuan teknologi yang terus melaju tanpa henti, manusia justru dihadapkan pada tuntutan untuk bergerak lebih cepat dan menyelesaikan lebih banyak hal. Alih-alih memberi ruang untuk jeda dan refleksi, kemudahan teknologi justru membuat hidup terasa semakin sibuk, penuh kebisingan, dan menjadikan mental rapuh.

Dalam situasi seperti ini, banyak orang mengalami krisis kesunyian—kesulitan untuk sekadar berhenti sejenak dan merenung di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Ketika ruang jeda semakin sulit ditemukan, ketenangan dan kebijaksanaan pun kian menjauh.

Padahal, dalam tradisi Timur—terutama budaya Jawa—kita telah lama mengenal ajaran tentang "nang, neng, ning, nung", yang menekankan pentingnya diam, tenang, bening, dan hening sebagai jalan menuju keseimbangan batin. Sementara itu, dalam tradisi pemikiran Barat, konsep serupa diangkat oleh filsuf Prancis, Fritjof Schuon, melalui teorinya tentang perennial wisdom atau kebijaksanaan abadi. Ia menyoroti kerusakan nilai-nilai tradisional yang disebabkan oleh dominasi modernitas yang materialistik dan sekuler. Schuon menekankan pentingnya kembali pada prinsip-prinsip metafisik yang bersifat universal—nilai-nilai yang sejatinya hadir dalam semua agama besar di dunia.

Spiritualitas di Era Modern

Kondisi saat ini, yang ditandai dengan kemajuan teknologi, globalisasi informasi, dan laju hidup yang serba cepat, justru menimbulkan kekosongan spiritual yang dalam. Schuon menyebut modernitas sebagai “penyimpangan dari realitas esensial,” di mana manusia tidak lagi mengenal siapa dirinya yang sejati. Alih-alih mengejar Tuhan atau kebenaran mutlak, manusia modern sibuk mencari identitas dalam hal-hal eksternal: pekerjaan, popularitas, atau konsumsi.

Dalam konteks ini, ajaran Schuon sangat relevan. Ia menyatakan bahwa manusia tidak akan pernah benar-benar damai sebelum kembali pada center, yaitu pusat ilahi dalam dirinya. Semua agama tradisional, menurut Schuon, menawarkan jalan untuk menemukan pusat tersebut. Namun dalam dunia modern yang serba relativistik dan skeptis, suara-suara kebijaksanaan seperti itu tenggelam oleh kebisingan dunia.

Relativisme dan Krisis Kebenaran

Salah satu isu paling mencolok dalam masyarakat kontemporer adalah krisis kebenaran. Dalam dunia pascamodern, tidak ada lagi kebenaran mutlak—hanya opini, persepsi, dan konstruksi sosial. Schuon melihat hal ini sebagai gejala dari penyakit spiritual yang parah. Ia menolak pandangan bahwa semua agama atau pandangan bisa dianggap “sama” dalam arti dangkal. Bagi Schuon, ada transcendent unity of religions, yakni kesatuan metafisik dalam inti agama-agama besar, namun bukan berarti semua bentuk ekspresi spiritual setara dalam kebenaran.

Ini penting untuk dibahas hari ini ketika toleransi kerap dimaknai sebagai pembubaran semua perbedaan, bukan sebagai pengakuan akan keunikan masing-masing jalan menuju Tuhan. Di tengah politik identitas dan kebingungan spiritual global, pandangan Schuon memberikan tawaran jernih: kembali ke esensi, bukan sekadar bentuk luar.

Kehidupan Kontemplatif di Tengah Dunia Sibuk

Schuon tidak hanya menawarkan kritik, tetapi juga solusi: kehidupan kontemplatif, atau remembrance of God (dhikr). Dalam praktik-praktik tradisional seperti doa, meditasi, dan ibadah yang khusyuk, manusia bisa kembali menyentuh realitas transenden. Dalam dunia yang penuh distraksi digital, gagasan ini semakin berharga. Ketenangan batin bukanlah hasil dari pelarian ke luar, tetapi dari pendalaman ke dalam.

Jalan ke Dalam sebagai Jalan ke Atas

Pemikiran Fritjof Schuon menantang kita untuk meninjau ulang fondasi kehidupan kita. Apakah kita hidup dari pusat spiritual, atau hanya terombang-ambing oleh arus zaman? Dalam dunia yang kehilangan arah, Schuon mengajak kita untuk menoleh ke atas, ke sumber semua kebenaran, dan menoleh ke dalam, ke hati yang menjadi cermin cahaya ilahi. Pesan ini tidak hanya relevan, tetapi urgen bagi siapa saja yang mencari makna sejati dalam hidup.

****


Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART