-->

FB Pro Mewabah, Bertebaran Konten Sampah


Jadi begini, saya sebagai pengguna sosial media, terutama facebook, saya kerap jengkel bahkan ingin emosi sendiri jika menemukan informasi yang tidak tuntas atau malah sama sekali tidak jelas. Dan semenjak wabah "FB Pro" menjangkiti banyak pengguna sosial media Facebook, anyak orang mengejar rating, jam tayang penonton sehingga semakin lama mereka semakinbanyak konten sampah bertebaran di timeline.

Perlu diketahui bahwa FB Pro merupakan fitur dari Facebook yang katanya seperti siapa aja bisa jadi kreator konten profesional. Konon fitur ini untuk membantu orang mendapatkan penghasilan dari konten. Tapi kenyataannya? Isinya malah membuat kepala mumet, mata lelah, dan tak jarang menyebabkan emosi.

Kreator Dadakan dan Konten Asal Jadi

FB Pro memudahkan siapa saja menjadi "konten kreator". Tapi kemudahan itu seperti pedang bermata dua. Banyak yang lantas merasa harus mengunggah sesuatu — sesampah apapun konten itu. Foto orang jatuh, video kecelakaan, cuplikan gosip selebriti, bahkan momen pribadi yang sebenarnya tak ada nilai informatifnya. Tidak jarang video itu diunggah tanpa konteks, tanpa tanggal, tanpa lokasi. Hanya dengan caption: "Ngeri banget ini!", "Hati-hati ya guys", atau lebih absurd lagi: "Share sebelum dihapus!". Dan anda pasti jengkel jika melihat ada postingan seseorang yang kerabatnya terkena musibah lalu dalam caption ada hesteg #FBPro, #FYP, #Semuaorang dan yang serupa dengan itu.

Akibatnya, alih-alih jadi sarana berbagi informasi atau hiburan yang bergizi, FB Pro justru menjelma jadi ladang konten latah — di mana semua orang ikut-ikutan unggah, tanpa peduli apakah kontennya jelas, benar, atau bahkan sangat menyebalkan dan membuat emosi pengguna lain.

Ketika Informasi Menjadi Kabur

Salah satu efek paling nyata dari konten serampangan ini adalah kaburnya informasi. Misalnya, ada video banjir besar yang viral. Tapi tidak ada penjelasan itu terjadi di mana, kapan, dan dalam konteks apa. Netizen pun bebas berspekulasi: "Jakarta pasti!", "Ini sih settingan!", "Banjir kiriman dari hulu!". Padahal bisa saja video itu dari tahun lalu, di kota lain, atau malah hasil editan. Tapi karena sudah terlanjur viral dan dikomentari ribuan orang, informasi salah itu terlanjur dianggap kebenaran.

FB Pro yang seharusnya jadi alat bantu profesional malah membuat kita makin sulit membedakan mana berita, mana hoaks, mana hiburan, dan mana sekadar konten cari cuan.

Wabah Latah Digital

Fenomena FB Pro ini bisa dibilang mirip seperti wabah latah digital. Sekali ada tren, semua ikut. Ada yang upload video kecelakaan? Besoknya yang lain ikut-ikutan. Ada yang viral dengan suara tangisan bayi di tengah malam? Ratusan akun ikut unggah hal serupa dengan versi mereka. Latah ini bukan cuma karena ingin viral, tapi juga karena adanya dorongan algoritma yang memanjakan engagement — bukan kebenaran.

FB Pro, dalam kasus ini, seolah memberi panggung bagi siapa saja, tapi tanpa syarat dasar: tanggung jawab dan akurasi.

Harus Bagaimana?

Tentu tidak semua pengguna FB Pro ceroboh. Banyak juga yang memanfaatkannya dengan baik — membuat konten edukatif, hiburan berkualitas, atau jurnalisme warga yang jujur. Tapi sayangnya, mereka kerap tenggelam di lautan konten asal jadi.

Yang bisa kita lakukan? Pertama, sebagai pengguna, kita harus lebih skeptis terhadap konten viral. Tanyakan dulu: siapa yang unggah? Kapan? Di mana? Sumbernya jelas atau tidak? Kedua, bagi para pengguna FB Pro sendiri, seharusnya ada etika dasar: jangan asal unggah, apalagi soal peristiwa sensitif.

Karena pada akhirnya, kebebasan membuat konten harus diimbangi dengan tanggung jawab. Kalau tidak, kita semua hanya akan jadi korban dari kebisingan digital yang kita ciptakan sendiri.

Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART
Techy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ARTTechy Pranav PKD ART